Alasan Childfree dan Kaitannya dengan Inner Child

Gita Savitri, influencer dan penulis buku a cup tea jadi trending ketika doi menyampaikan keinginannya childfree. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keputusan ini, karena setiap orang memiliki alasan berbeda dalam menentukan apakah dia akan menikah, akan memiliki keturunan atau justru childfee.

alasan childfree karena innerchild

Berbeda dengan Jepang, tren menikah dan berketurunan di Indonesia masih tinggi karena selain alasan agama yang mensyariatkan memiliki banyak anak, tetapi juga karena faktor budaya yang melekat. Melansir dari CNN Indonesia, wanita yang menikah lebih punya prestige selain karena ada yang akan menanggung hidupnya juga alasan menjaga garis keturunan agar jangan sampai hilang. Tapi mengapa ada yang memutuskan untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak? Benarkah keputusan yang diambil tersebut dengan kesadaran penuh dan bukan karena akibat luka masa lalu?

Alasan Memilih Keputusan Chilfree 

Childfree marriage merupakan sebuah keputusan yang diambil pasangan menikah untuk tidak memiliki anak atau keturunan. Berbeda dengan childless yang merupakan hilangnya kesempatan untuk tidak memiliki keturunan karena takdir, childfree ini merupakan pilihan.  Menurut psikolog Anggun Meylani Pohan dalam sesi Innerchild healing parade yang diselenggarakan Ruang Pulih, ada beberapa alasan kenapa seseorang atau pasangan memutuskan untuk tidak berketurunan,

1. Biaya Hidup Semakin Mahal Dengan Adanya Anak

Seperti di Jepang yang biaya hidupnya tinggi, rata-rata alasan pasangan memilih untuk tidak memiliki anak karena harus menanggung biaya hidup yang tinggi mulai dari biaya persalinan, menyediakan tempat tinggal yang lebih luas hingga biaya pendidikannya. Apalagi jika kemampuan ekonomi tidak mendukung untuk memiliki anak. Persaingan kerja yang berat dan harga tempat tinggal yang cukup mahal juga mendukung penduduknya untuk memilih tidak memiliki keturunan. Meskipun dalam Islam, Allah menjamin rezeki bagi siapa yang memiliki keturunan, tapi banyak yang sependapat kalau memiliki anak akan menambah biaya dan beban hidup yang dianggap sudah cukup berat. Bahkan ada yang berpendapat, kalau ingin kaya ya bukan dengan memiliki banyak anak tetapi dengan investasi.

2. Dunia Sudah Kelebihan Populasi

Ada yang berpendapat kalau memiliki anak ini akan menyumbang terjadinya perubahan iklim. Seperti alasan Cinta Laura Kiehl yang beberapa waktu lalu berujar kalau bumi sudah penuh dan terlalu banyak manusia yang tinggal di bumi ini. Bumi makin sesak, seperti India dan China yang memang populasi manusianya banyak, masalah konservasi juga jadi isu utama untuk memikirkan apakah akan punya anak atau tidak.

3. Ingin Hidup Bebas

Ada pula yang beranggapan bahwa dengan memiliki anak, hidup menjadi tidak bebas dengan segala kerepotan merawatnya sehingga diambilah keputusan childfree ini. Dengan adanya anak, kedekatan dengan pasangan akan terganggu dan hidup akan terikat setelah punya anak, tidak bisa bebas jalan-jalan atau kumpul dengan teman.

4. Ingin Fokus Tujuan Selain Anak

Bagi mereka yang fokus pada sesuatu yang ingin dicapai seperti karir dan pendidikan tinggi, kehadiran seorang anak hanya akan mengganggu konsentrasi dan fokus sehingga childfree jadi alasan. Apalagi mereka yang karirnya membuat mereka jarang bisa berada di rumah.

alasan childfree
Beberapa alasan childfree yang disampaikan psikolog Meylani Anggun Pohan dalam Inner child healing parade yang bisa teman-teman saksikan dalam Youtube Ruang Pulih Mahadaya
Image source : Zoominar Ruang Puli

5. Tidak Menginginkan Anak

Memiliki anak berarti sudah siap dengan segala resiko seperti menyiapkan biaya pendidikan, mendidik dengan baik, mengajarkan ketaatan dan iman, kehilangan banyak waktu untuk mengurus diri sendiri, fokus terbagi ke anak dan mungkin ada kebahagiaan yang terkadang dikorbankan. Jadi, memiliki anak atau memilih childfree merupakan keputusan yang memang diambil secara sadar, terlepas akan ada cibiran karena dianggap janggal, tidak beriman, atau aneh. 

6. Tidak Membutuhkan Alasan Apapun

Tidak setiap orang memiliki masa kecil yang menyenangkan, sebagian bahkan harus memiliki pengalaman menjadi korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), broken home ( dari orangtua yang akhirnya bercerai), dari lingkungan yang kurang kondusif ( misal, pernah menjadi korban kekerasan seksual atau melihat perilaku menyimpang) dan karena hal tersebut akhirnya ada yang memutuskan tidak ingin menikah bahkan tidak ingin memiliki keturunan. Bagi mereka yang memutuskan untuk childfree bukan karena kesadaran diri namun akibat adanya luka masa lalu yang belum tuntas, tentu keputusan childfree bukanlah keputusan yang diambil secara sadar.

Ketika Memilih Childfree Karena Innerchild

Dalam zoominar Innerchild Healing Parade tersebut, Ruang Pulih, salah satu komunitas yang fokus mengangkat isu tentang kesehatan mental, ternyata Childfree yang diambil bukan karena kesadaran penuh, bisa jadi karena ada kaitannya dengan kesehatan jiwa. Bisa karena luka atau trauma yang pernah dialami.

Aku sendiri pernah merasa enggan menikah dan memiliki keturunan karena alasan tersebut. Pernah tidak mendapat restu ketika berkeinginan menikah setelah lulus kuliah membuat sedih, murung dan putus asa. Hal tersebut mendorong saya untuk menyibukkan diri dengan bekerja bahkan pernah enggan menikah. Emosi luka yang masih melekat dalam kejadian masa lalu terkadang membuat kita susah move on dan memutuskan sesuatu karena alam bawah sadar ingin dilindungi. 

ciri childfree karena innerchild
Childfree yang dipilih karena luka akan meninggalkan penyesalan akhirnya
Image source : Zoominar Inner Child Healing Parade by Ruang Pulih 

Beberapa artikel terkait inner child yang pernah aku bahas antara lain

Upaya Meraih Kebahagiaan

Mengatasi konflik rumah tangga

Cara Bertumbuh Dengan Kesadaran

Tips Move On Dari Masa Lalu

Beberapa ciri seseorang yang memilih childfree karena alasan innerchild antara lain

  • Merasa benci dengan anak kecil dan berusaha menghindari anak kecil
  • Mencibir, memberi label tidak baik, julid sama orang yang menginginkan anak
  • Akhirnya merasa menyesal karena tidak punya anak
  • Sering merasa hidupnya kesepian'
  • Merasa kehilangan kesempatan karena melewatkan pengalaman berharga

Buat saya pribadi, memiliki atau tidak ingin memiliki anak adalah hak setiap manusia namun pilih keputusan ini dengan sadar penuh dan bukan karena pengalaman masa lalu atau luka akibat trauma masa kecil yang belum disembuhkan. Jika kamu merasa memiliki gejala demikian, tidak ada salahnya menanyakan apa penyebabnya pada dirimu atau mintalah bantuan psikolog untuk membantu mengatasi apa yang sedang kamu rasakan. Saya sendiri menemukan banyak insight saat mengikuti parade ini. Pun saat membaca buku "Luka Performa Bahagia" yang ditulis mba Intan Maria Halim dan mas Adhi Prayuda. Buku ini memberi banyak pencerahan bagi mereka yang ingin melakukan inner child therapy, mengenali jati diri sekaligus hidup penuh kesadaran diri.

Mereka yang memutuskan hal tersebut secara sadar, tentu memiliki kendali atas segala resiko jawaban yang mereka berikan ketika ditanya "Kapan punya anak? atau Mengapa tidak punya anak?". Mereka yang memutuskan innerchild secara sadar akan tetap mampu menemukan kebahagiaan meski mereka tidak memiliki anak. Berbeda dengan mereka yang memutuskan childfree karena innerchild, ketika mendapat tanggapan kurang menyenangkan dari keputusan tidak ingin memiliki anak, mereka akan semakin terluka dan menghindari pertanyaan-pertanyaan demikian.

Sebelum memutuskan apakah akan childfree atau memiliki keturunan, kenali lagi diri kita agar keputusan childfree merupakan sebenar-benar alasan dan bukan berlandaskan sakit hati. Saya pribadi memilih memiliki anak dengan segala resiko yang ada dan bahagia dengan keputusan tersebut. Anak adalah amal jariyah jika kita bisa mendidik mereka dengan baik dan hidup saya bertambah lengkap dengan hadirnya anak. 

Next Post Previous Post
2 Comments
  • Ammi
    Ammi 23 Februari 2022 pukul 14.20

    emang adakan pasangan yang ga mau punya anak langsung..
    kadang-kadang terpikir kalau ga punya anak kemudian bila udah tua harus gimana? bila salah satu suami atau isteri meninggal gimana?

    waduhhhhh...

    • Priyani Kurniasari
      Priyani Kurniasari 24 Februari 2022 pukul 12.42

      Iya kak, Wallahu 'alam.
      Setiap resiko merupakan bagian dari keputusan yang diambil. Dan setiap keputusan ada pilihan yang bisa dipertimbangkan

Add Comment
comment url