Reparenting Inner Child, Upaya Meraih Kebahagiaan

Setiap orang mendambakan kebahagiaan. Ada yang masa kecilnya terluka kemudian menghindari lukanya dengan hidup penuh kebencian dan duka.

Bagi kamu yang merasa kalau mimpi-mimpi kamu sulit diwujudkan dan seolah ada saja yang menghalangi menemukan kebahagiaan , ada sebuah kutipan motivasi dari seorang pelukis ternama yang mungkin bisa jadi inspirasi teman-teman

If you hear a voice within you say ýou can not paint' then by all means paint, and that voice will be silenced

-Vincent Van Gogh, Seniman, Pelukis -

Ketika suara dalam diri mengatakan kita tidak bisa melakukan atau mencapai sesuatu (maka segeralah lakukan dan suara itu akan menghilang.

reparenting inner child

Mungkin, diantara teman-teman, ada yang pernah menerima bisikan-bisikan dari otak tentang :

  • apakah kita akan berhasil? 
  • akankah kita akan bisa mencapai sesuatu? 
  • Mengapa kejadian seperti ini terjadi padaku?
  • Mengapa aku tidak disayangi?
  • Aku tidak bisa..
  • Aku tidak yakin..

Suara-suara tersebut seringkali hadir dan mengganggu dan di tingkat terparah akan menimbulkan depresi. Atau kadangkala ingatan tentang masa lalu yang menyakitkan muncul lagi, padahal hal tersebut membuat kita tersiksa. Andai ini dan itu yang akhirnya membuka celah penyesalan.

Seringkali, kita menyabotase diri dengan meyakini pengalaman kurang menyenangkan yang sedang terjadi dan menganggapnya bukan sebagai perjalanan hidup tetapi sudah jadi takdir. Padahal rasa sedih, senang, sempit, sulit serta mudah merupakan bagian dari roda kehidupan yang berputar. 

Tidak selamanya kita akan mengalami perasaan yang sama dan berlangsung terus-menerus. Bukankah ujian dan cobaan merupakan sarana untuk memperbaiki diri? Yang konstan justru perubahan itu sendiri kan?

Menurut pak Adi W Gunawan dalam sebuah kesempatan bersama para Innerchild healing Parade yang diadakan Ruang Pulih bekerjasama dengan Ibu Ibu Doyan Nulis (IIDN) beberapa waktu lalu, ada banyak bagian diri dalam seseorang yang lahir dari pengalaman traumatis (biasa disebut part) dimana bagian tersebut merupakan rekaman memorinya di masa lampau dan berusaha melindungi kita agar tidak terluka lagi ketika akan mengalami hal yang sama. Diri manusia bahkan terbagi dari beberapa part, salah satunya inner child

Karena ingin menghindarkan dari luka inilah, terkadang memunculkan suara-suara, intuisi, firasat atau mimpi yang berusaha menghalangi kita melakukan sesuatu. Suara-suara dari part ini bisa berguna tetapi terkadang bisa merugikan. Suara-suara dari part ini bisa menghebatkan, membuat seorang percaya diri, tetapi juga bisa melemahkan dan membuat minder.

Part yang berguna misalnya, intuisi ketika kita berhadapan dengan seorang yang berperingai buruk atau berkeinginan jahat maka akan muncul bisikan untuk menghindari orang tersebut. Part yang menghambat misalnya ketika bisikan tersebut berwujud anggapan bahwa kita akan gagal bisnis, gagal meraih prestasi, gagal mencapai cita-cita jika terjadi masalah atau kejadiaan tidak disukai dalam usaha kita mencapai tujuan tersebut

Dalam kesempatan megikuti parade healing tersebut, pak Adi menceritakan bagaimana klien yang berkonsultasi padanya memiliki problem tentang kegagalan dan kesuksesan. Ada yang merasa kalau suatu hal itu sulit dicapai, ada yang merasa selalu sedih dan sulit bahagia karena pengalaman masa lalu yang menghambat dan belum dituntaskan. Inner child atau trauma masa kecilnya yang belum tuntas tersebut mensabotase hidupnya sehingga ada perasaaan tidak berhak bahagia, akan gagal, tidak beruntung hidupnya serta sulit merasa cukup, berkelimpahan dan penuh syukur.

Inner child yang belum tuntas juga terkadang membuat seseorang memberi respon negatif terlebih dahulu ketimbang melihatnya dengan pandangan dan pikiran terbuka. Efeknya, jadilah tuntutan untuk diperlakukan dengan emosi tertentu seperti pujian, kasih sayang, dorongan motivasi, pengakuan atau  kasih sayang dan rasa aman yang tidak pernah didapatkan ketika kecil. Mba Intan Maria, penulis buku sekaligus founder ruang pulih menuliskan dalam bukunya yang berjudul Luka Perfoma Bahagia sebagai berikut

Mereka yang pernah mengalami kekerasan, luka, sakit hati di masa kecilnya dan belum terselesaikan ketika tumbuh menjadi dewasa akan menuntut diri agar menuntaskan luka tersebut melalui pasangan atau anak-anak melalui pola asuh dan kasih sayang.
(Buku Luka Performa Bahagia halaman 124) 

Seringkali, tanpa sadar pola asuh kita ke anak, pola kita mengatasi hambatan maupun cara dan pikiran kita dalam meraih suatu harapan, pola kita mengambil keputusan merupakan imitasi dari orangtua atau merupakan pengalaman masa kecil dan terkadang merupakan inner child yang perlu disembuhkan.

Beberapa cara memulihkan luka,mengatasi inner child pernah saya tuliskan dalam postingan berikut

Menyembuhkan Inner child

Mengatasi Inner Child

Menjaga Kesehatan Mental

Jika orangtua masih hidup, inner child tersebut bisa kita diskusikan. Jika hal tersebut berhubungan dengan cara berpikir, merekonstruksi ulang apa yang menghambat mungkin bisa jadi solusi mengatasinya.

Kebahagiaan itu berjalan seperti keberkahan, selalu ada pahit dan manis, senang dan susah dalam hidup, yang perlu kita pertahankan adalah rasa syukur dan iman yang membuat hati kita tenang dan damai dalam menjalani hidup.

Dalam taraf yang normal, inner child yang butuh pelukan, penerimaan dan rasa aman bisa kita upayakan dengan jalan Reparenting. Jika intensitasnya berat, teman-teman bisa minta bantuan psikolog atau psikiater untuk diagnosis dan penanganan yang lebih tepat.

Reparenting Inner Child, Salah Satu Upaya Meraih Kebahagiaan

Reparenting Inner child adalah mendidik ulang inner child, mengasuh kembali diri sendiri agar hal yang belum terpenuhi di masa kecil bisa dituntaskan dan diterima sebagai sebuah jalan hidup yang mendewasakan. Dikutip dari bigselfschool.com, menurut Richard Barret, dua hal yang dibutuhkan anak untuk jiwanya dalam masa pertumbuhannya adalah penerimaan dan rasa aman seperti yang ia dapatkan saat dalam kandungan.

rasa aman

Reparenting ini semacam akses untuk menghubungi, berkomunikasi, mendengarkan dan menyembuhkan luka di masa lalu yang mengendap dalam perasaan dan pikiran bawah sadar kita. Semacam kesadaran kita sebagai pribadi dewasa yang berperan mendidik ulang pribadi anak kecil kecil dalam diri. Bagaimana langkah-langkahnya?

1. Mengakui Ada Luka

Setiap manusia pernah berbuat salah dan khilaf baik disengaja atau tidak, begitu pula dengan orangtua. Keterbatasan ilmu dan waktu yang dimiliki orangtua terkadang membuat mereka melakukan kesalahan dan kesalahan orangtua tersebut menimbulkan luka dalam diri kita. Jika tarafnya ringan, ada baiknya telusuri dan berkomunikasilah dengan diri mengapa reaksi kita saat menghadapi masalah , mengambil keputusan dan melakukan tindakan saat terluka menjadi seperti sekarang.  

2. Memahami

Diri kita yang dewasa bisa mendengarkan, berkomunikasi dan memahami hal apa yang membuat rasa tidak aman tersebut terjadi

3. Menuntaskan

Setelah  mengobrol dan memahami apa yang dibutuhkan sosok anak dalam diri kita, penuhi apa yang menjadi kebutuhannya dengan self talk, memberi ruang kehangatan dengan self love, mensyukuri kenapa hal tersebut terjadi dengan menemukan nilai-nilai positif dari apa yang terjadi ketika kita kecil.

Jika teman-teman seorang muslim, mungkin bisa bermuhasabah (merenung) setelah shalat Tahajud di sepertiga malam terakhir dengan mengingat-ingat bermacam kesalahan yang pernah kita maupun orangtua lakukan dan memaafkan kesalahan tersebut. 

Banyak yang bilang, kesehatan mental bukanlah perkara iman. Bisa saja orang yang rajin beribadah terkena inner child atau masalah kesehatan mental lain. Tetapi yang saya yakini, inner child dan mental health akan diasuh dengan baik melalui iman dan kepercayaan yang kita milik karena dengan percaya akan ada hari esok yang lebih baik, melihat bagaimana nikmat yang Allah berikan akan menambah syukur, meringankan segala beban dan mengilangkan setiap gundah yang hadir.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana lengkapnya cerita pak Adi W Gunawan tentang pemulihan inner child ini, teman-teman dapat langsung menyimak siaran youtubenya melalui link sebagai berikut


Reparenting inner child berarti memahami, menyelami diri lebih banyak dan memeluk jiwa kita lebih erat dengan kasih sayang. Semoga bermanfaat ya.. 

Next Post Previous Post
2 Comments
  • atiq - catatanatiqoh
    atiq - catatanatiqoh 12 Desember 2021 pukul 22.27

    Masya Allah, aku pengen banget ngelakuin ini, Insya Allah dicoba pelan-pelan nih, makasih mba tulisannya jadi mengingatkanku buat menuntaskan inner child dalam diri ya

    • Priyani Kurniasari
      Priyani Kurniasari 26 Juli 2022 pukul 09.37

      iya mba, yang penting kita menyadari luka dan menerimanya. Termasuk menerima perasaan kalau kita belum bisa memaafkan. Setelah itu mencari solusi untuk mengatasi luka itu

Add Comment
comment url