Teknologi Pengolah Sampah Rumah Tangga

Jika setiap orang bisa mengolah sampah rumah tangganya, tentu akan banyak kebaikan yang diberikan. Saat ini, yang kita butuhkan adalah teknologi yang bisa mengolah sampah organik dan anorganik untuk mengurangi sumbangan sampah ke TPA.

alat pengolah sampah rumah tangga


Sampah merupakan problem besar yang perlu segera dipecahkan. Untuk bisa mengolah sampah, butuh peran banyak orang yang mau peduli, bukan lagi tugas pemerintah dan komunitas saja tapi tugas kita semua. 

We don’t need a handful of people doing zero waste perfectly. We need millions of people doing it imperfectly
(Anne Marie Bonneau)
Saya sepakat dengan pernyataan Anne Marie Bonneau di atas. Beliau merupakan seorang chef yang menjalankan konsep minim sampah. Butuh peran banyak orang agar pengurangan sampah ini bisa berdampak besar.

Teman-teman mungkin masih ingat kasus longsor yang menewaskan 157 orang pada 21 Februari 2005 di TPA Leuwigajah. Peristiwa longsor tersebut diduga karena ledakan gas metan yang dihasilkan gunungan sampah dan guyuran hujan semalaman.

Akibatnya pengiriman sampah warga Bandung jadi  terhambat. Bukan hanya itu, sebanyak 137 rumah tertimbun longsor dan 2 kampung yang jaraknya sekitar 1 km ikut tergulung longsoran sampah. Tragedi itu akhirnya diperingati sebagai hari sampah nasional. Tanda, bahwa Indonesia darurat sampah dan harus segera ditangani.

Di tahun 2018, isu sampah kembali mencuat setelah ditemukannya paus mati di Wakatobi yang membawa 5,9 kg sampah plastik di perutnya. Persoalan sampah yang tidak tertangani dengan baik ini bukan hanya menibulkan permasalahan di TPA tetapi juga mengganggu ekosistem baik di darat, laut maupun udara, menimbulkan bau tak sedap, menyumbang penyakit dan menimbulkan emisi gas rumah kaca yang menambah parah pemanasan global.

Korbannya bukan hanya hewan-hewan seperti burung, penyu, kuda laut atau ikan-ikan kecil, paus tetapi juga mencemari air, tanah dan udara yang pada akhirnya merugikan manusia, sang penyebab terbesar sampah.

Isu Sampah, Bagaimana Mengatasinya?

Memilah sampah organik dan anorganik lalu membuangnya ke tempat sampah tentu tidak cukup untuk mengatasi persoalan sampah di Indonesia, mengingat negara kita berada di urutan kedua penyumbang sampah terbesar di dunia. Jika tidak segera ditangani, persoalan sampah bisa menjadi bencana nantinya.

Bukan hanya sampah anorganik yang punya daya urai sangat lama seperti plastik, styrofoam,  logam, maupun kaca yang menimbulkan permasalahan, tetapi sampah organik seperti sisa sayuran, buah, tulang maupun daun kering juga turut  menyumbang kasus sampah. 

Setiap hari jumlah sampah ini terus bertambah, pembukaan TPA baru bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasinya. Adanya pemulung dan prosedur daur ulang yang telah dijalankan juga belum sepenuhnya berkontribusi banyak mengatasi masalah limbah rumah tangga tersebut. Saat ini, TPA hanya mampu mengolah 1/3 bagian dari total seluruh sampah yang masuk dan biaya penanganan sampah yang dikeluarkan pemerintah ini cukup besar, mulai dari angkutan ,armada hingga personil.

fakta sampah plastik


Di Indonesia, budaya memilah, memisahkan dan mengurangi sampah belum ada, 3R (Reduce, Reuse dan Recycle ) hanya menjadi sekedar slogan. Dan mirisnya, Indonesia berada di peringkat kedua negara penghasil sampah terbesar di dunia. Rata-rata setiap harinya, satu orang Indonesia turut menyumbang kurang lebih 1 kg sampah, 300 kg pertahun atau total dikalikan jumlah penduduk ada sekitar 117,49 juta ton sampah per tahunnya.

Ketika mengikuti webinar bertema Teknologi Alat Pengolahan Limbah yang diadakan UIN Surakarta pada , Prof. Sunardi, S.Si, M.Sc, Ph.D, Dosen Universitas Lambung Mangkurat menceritakan pengalamannya hidup di Jepang. Sampah di Jepang dikelola dengan baik, pemerintah menerapkan jadwal khusus untuk pengiriman sampah organik, barang bekas, dan plastik. 

Di Jepang disediakan 5 tempat sampah untuk membuang masing-masing jenis sampah yang ada dan budaya membuang sampah sudah berjalan dengan baik sehingga sampah bukan lagi menjadi masalah karena sedari kecil anak-anak sudah dididik mengelola sampah dan aturan mengenai sampah ini sudah diterapkan dengan baik. Saya juga pernah menulis mengenai edukasi sampah yang teman-teman bisa intip.

aturan sampah di jepang
salah satu flyer mengenai peraturan sampah di Jepang.
Image : alljapanrelocation.com

Berdasarkan daya daur ulangnya, sampah bisa dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu

Sampah Organik

Sampah yang berasal dari mahluk hidup dana cenderung lebih mudah mengalami pembusukan, seperti sayuran, sisa olahan makanan, buah, daun kering, jerami, feses.
Meskipun dapat terurai, jumlahnya yang besar jika tidak tertangani dengan baik akan menambah masalah pencemaran air, tanah dan udara serta menyumbang pemanasan global. Sampah organik ini sebenarnya jika dikelola dengan baik bisa menjadi sumber gas alam, bahan baku kompos yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk, makanan cacing, budidaya maggot dan industri perkebunan

Sampah Anorganik

Sampah yang berasal dari bahan alam yang  telah melewati proses kimiawi atau penambangan dan cenderung sulit terurai, seperti plastik, styrofoam, kaca, logam (kaleng, alat elektronik). Sampah anorganik yang bisa didaur ulang antara lain plastik PET (botol minum), HDPE, kardus, dan duplek.

Residu

Jenis sampah yang tidak dapat terurai dan tidak bisa didaur ulang. Contoh kain, plastik multilayer, plastik kotor atau terkontaminasi.

Saya juga pernah membahas topik menangani sampah rumah tangga dan semoga tulisan saya bermanfaat.

Gaya Hidup Minim Sampah (Zero Waste)

Zero waste merupakan sebuah gerakan untuk meniadakan sampah melalui 5R, Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukkan sampah).

Pada prinsipnya, zero waste ini benar-benar meniadakan sampah dengan mengolah segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan sampah seperti mengolah sisa potongan sayur menjadi pupuk atau makanan ternak, memilah material yang bisa didaur ulang dan mengolah residu menjadi bahan bermanfaat.

Berawal dari harapan ingin mewujudkan Indonesia yang bebas sampah dan keprihatinan akan proses pengolahan sampah yang belum maksimal inilah Pak Sunardi melakukan riset dan penelitian. Beliau pernah melakukan studi terhadap polipropilena, bahan utama pembuatan botol air mineral untuk menghasilkan panel. Hanya saja bahan daur ulang polipropilena ini jumlahnya tidak sampai 20% sehingga dirasa belum mampu mengatasi problem sampah yang ada. 

Alat Pengolah Limbah Anorganik

Setelah riset terdahulu yang dirasa belum tepat guna, Sunardi dan tim melakukan riset baru menggunakan residu yang berasal dari limbah plastik multijenis tanpa sortir terlebih dahulu dan menghasilkan  panel komposit, paving block, kusen dan panel dekoratif. Harapan agar pengolahan limbah yang berskala lab menjadi skala besar ini semakin menunjukkan titik terang setelah dibuatnya alat tungku induksi vertikal peleburan sampah plastik berkapasitas 100 kg/jam tanpa pilah yang kemudian dipatenkan dan dikomersilkan melalui website daurulang.id 

Prinsip kerja pengolahan limbah anorganik ini cukup sederhana. Lebih lengkap Sunardi menjelaskan  sampah kota yang tercampur tersebut melewati mesin cacah pilah untuk kemudian diproses sesuai jenisnya. Sampah anorganik akan diolah menjadi bahan bangunan melalui tungku vertikal sedangkan sampah organik akan diolah menjadi pupuk dan kompos.

alat pengolah sampah anorganik
Tungku vertikal, Alat pengolahan limbah anorganik
Image : Presentasi prof. Sunardi

Saat ini, alat pengolah limbah anorganik ini telah diimplementasikan oleh PT. Banyumas Investama Jaya dan daurulang.id yang berlokasi di Klaten. Sunardi berharap, semoga makin banyak daerah yang nantinya memanfaatkan teknologi alat pengolah sampah plastik tanpa pilah ini sehingga sampah yang dirasa kurang bermanfaat ini pada akhirnya jadi bermanfaat dan berkah.

produk limbah plastik
Produk hasil pengolahan limbah sampah multijenis tanpa pilah
Image : Presentasi prof. Sunardi

Alat Pengolah Sampah Organik

Membuang sampah organik seperti sisa sayuran atau makanan yang telah diproses atau dimasak sama halnya dengan membuang nutrisi dan materi. Selain itu prosesnya yang lama dan bersifat anaerob yang menimbulkan gas ini menimbulkan bau kurang sedap. 

Dengan visi yang sama, Bapak Purwono, M. Si selaku Dosen UIN Raden Mas Said Surakarta bekerjasama dengan timnya memikirkan cara mengolah sampah organik yang biasanya membutuhkan waktu lama menjadi lebih pendek prosesnya. Dari mengadopsi sistem kerja saluran pencernaan makanan pak Purwono dan tim berhasil menciptakan prototype pengolah limbah makanan skala rumahan bernama Thermal Composter.

Thermal composter ini berhasil mengolah limbah makanan dalam waktu singkat sekitar 3 hari dan dapat dioperasikan melalui smartphone.

Cara kerja Alat Thermal Composter

Cara kerja thermal composter ini cukup sederhana, sampah organik yang melewati pencacah akan dipanaskan dan diaduk sambil ditambah zat aditif dan disinari UV untuk menghilangkan patogen. Kompos yang dihasilkan baru bisa digunakan setelah 3 hari pendiaman.

cara kerja thermal composter
Cara kerja thermal composter
Image : Purwono, M.Si

Dengan demikian, hasil dari pengolahan limbah organik yang berasal dari rumah tangga ini menjadi lebih cepat prosesnya dan bermanfaat untuk menyuburkan tanaman.

Semoga dengan perkembangan teknologi yang ada, akan semakin banyak alat tepat guna yang bisa dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik dan anorganik sehingga mampu mengatasi isu sampah di Indonesia. Bukan hanya peran serta pemerintah, akademisi, para pelaku usaha tetapi peran kita semua akan sangat berguna baik melalui minimalisir sampah maupun pengolahannya yang tepat. 
Next Post Previous Post
14 Comments
  • Pipit ZL ceritaoryza.com
    Pipit ZL ceritaoryza.com 9 November 2021 pukul 21.46

    Mamah saya sudah memilah sampah organik, tapi utk dijadikan pupuk sih.

  • Phai Yunita S Wijaya
    Phai Yunita S Wijaya 9 November 2021 pukul 23.07

    Informasi semacam ini masih sangat sedikit yang diketahui masyarakat kak. Semoga dengan seringnya digalakkan program daur ulang sampah bisa membantu mengurangi beban TPA di masing-masing tempat.

  • Maria G Soemitro
    Maria G Soemitro 10 November 2021 pukul 01.31

    teknologi mah udah banyak ya?

    termasuk mengolah sampah organik menjadi gas untuk masak

    yang jadi kendala management sampah yang masih sangat payah

  • Nurrahmah Widyawati
    Nurrahmah Widyawati 10 November 2021 pukul 04.50

    Aku pernah baca yang tragedi TPA Leuwigajah itu :( sedih jg apalagi memakan korban jiwa.

    Anyway, memang sampah kini ga hanya ttg pemerintah aja. Butuh kesadaran masyarakat, edukasi dan aksi. Apalagi fakta penyumpang sampah no.2 terbesar di dunia :( miris.

    Btw, menarik juga teknologinya. Semoga semakin meluas lagi penggunakan teknologi tsb, jd dampak positif lingkungan mulai terasa.

  • Sendy Yunika
    Sendy Yunika 10 November 2021 pukul 06.31

    setuju, mb. budaya buang sampah kita masih sangat amat lemah. perlu ketegasan terkait ini memang, ya. masih banyaka aku jumpai orang-orang buang sampah di suatu area padahal bukan tps. dengan adanya alat ini semoga bisa menangani masalah sampah di Indonesia.

  • atiq - catatanatiqoh
    atiq - catatanatiqoh 10 November 2021 pukul 06.35

    rupanya sudah ada alatnya ya sekarang, tinggal edukasi masyarakatnya nih yang kudu terus diterapkan pemilahan sampahnya biar makin mudah prosesnya :)

  • Hamimeha
    Hamimeha 10 November 2021 pukul 07.16

    Alubtertohok saat slogan hanya tinggal.slogan nyatanya negara ink menduduki peringkat kedua terkait sampai sedih sekali

    Aku membaca ini merasa tertohok. Sebab blum praktik secara maksimal dalam mengelola sampah hiks..

    Yup peran semua pihak membuat masalah sampah ini cepat teratasi . Peran masyarakat khususnya wah aku takjub dg orang2 yg bisa melahirkan ide teknologi yng ngasib solusi buat lingkungan gini.

    Smoga bisa lahir teknologi2 tepat guna lainnya aamiin.

    Ini ada rencana diproduksi secara masal kah?

  • Wiwid Nurwidayati
    Wiwid Nurwidayati 10 November 2021 pukul 07.37

    Saya sendiri kadang masih suka bingung bedain mana sampah organik dan mana sampah anorganik. Btw, di Indonesia keknya yg juga lebih darurat menanamkan diri pada anak untuk membuang sampah pada tempatnya

  • Silvia santiria
    Silvia santiria 10 November 2021 pukul 07.41

    Wah keren. Aku juga pengen bisa mengolah sampah rumah tangga supaya bisa membantu melindungi alam sekitar.

  • Han
    Han 10 November 2021 pukul 08.02

    Hebat bangett ya alatnya udah bisa sekeren itu lho di Indonesia, tinggal kitanya aja nih sama pemda mau ngga memanfaatkan itu semua

  • Kyndaerim
    Kyndaerim 10 November 2021 pukul 08.57

    Halo mbak, maaf kok aku nggak bisa baca pernyataan Anne Marie Bonneau yg di gambar ya, hihi..

    Btw, alhamdulillah ya sekarang ada teknologi buat urus sampah organik. Lingkungan jadi bisa lebih bersih dan terjaga kebersihannya.

  • Nimas Achsani
    Nimas Achsani 11 November 2021 pukul 12.59

    alatnya keren bangt ini ya mbak, aku sendiri baru tau kalau ada hal semacam ini di Indonesia hahaha, btw aku pengen punya thermal composter nihm buat ngurus sampah makanan di rumah :(

  • Blogger Kendal
    Blogger Kendal 14 November 2021 pukul 16.34

    Aku sendiri masih terkendala dengan pengolahan sampah. Di desa saat ini banyak juga sampah plastik. Meski sudah berusaha meminimalisir dengan membawa tas dari rumah tetap saja ada kantong plastik yang sulit terhindarkan.

  • Eka FL
    Eka FL 16 November 2021 pukul 10.17

    wow sudah ada alat mengolah sampahnya, biasanya bikin sendiri dirumah dan prosesnya agak lama. alatnya bisa digunakan dirumah tangga atau hanya di tps atau tpa aja kak?

Add Comment
comment url