Surat Untuk Diriku Sendiri, Sekarang dan Di Masa Depan

Sudah berulang kali aku menulis bagaimana perasaanku, mulai dari perasaan carut marut hingga harapan bahagia untuk masa depan yang lebih baik. Perasaan itu juga  aku tuangkan dalam postingan ini, semoga membawa banyak kebaikan baik untuk diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Aku tak berharap lagi bisa kembali ke masa lalu, aku sudah ikhlaskan apa yang menjadi ketetapan-NYA padaku. Mudah ? Tentu enggak!

surat untuk diri sendiri


Surat Untukku Hari Ini

Dear Aku,

Apa kabarmu hari ini? Kulihat kamu sedang tidak baik-baik saja. Anak pertamamu yang sedang sakit dan terpisah jarak dengan adiknya membuatmu berpikir keras bukan? Akan seperti apa mereka nanti, apakah akan terpisah selamanya atau hanya sementara? Atau bagaimana masa depan mereka? Bagaimana shalat mereka?

Semenjak pandemi, aku rasa banyak yang tak baik-baik saja, termasuk aku yang pekerjaan mengajariku harus berhenti sementara. Alasan pertama, karena pandemi dan alasan keduaku karena diskusi tentang penjagaan anak tak menemukan titik temu. Aku pula yang akhirnya mengalah, berhenti sementara ketika tawaran mengajar itu datang lagi.

Selama pandemi, aku bekerja keras. Membagi waktu untuk anak, pekerjaan domestik di rumah, dan berpenghasilan tentu tidak mudah. Berkorban dan menempa diri sangat keras, hingga lupa gimana rasanya bahagia.

Pikiranku kembali ke masa dimana aku mulai merasakan kesendirian. Tak ada satupun yang aku percaya untuk bercerita, aku merasa kesepian. Aku yang sedari kecil sudah ditempa kerja keras dan tak jarang waktu bermainku terkorban. Penyebabnya, orangtuaku adalah tulang punggung, mereka adalah potret sandwich generation. Menopang hidup anak-anak, saudara dan Orangtua sehingga gagal memberi cukup perhatian yang aku butuhkan.

Danpun ketika menikah dan memiliki pasangan yang berkarakter cuek dan santai semakin menambah luka batin, inner childku butuh dipeluk. Aku butuh merangkul jiwaku. Aku marah, jiwaku terluka dan terkadang ini menyebabkan aku terkadang juga terlalu keras mendidik ke anak. Meski bisa dibilang, aku tak pernah melukai fisik, tetapi mungkin jiwa mereka juga terluka. Sama seperti aku.

Anger is a sign of something deeper, but you must bring awareness to where it is coming from. "Shannon O' Hara" 

( Kutipan buku Luka Performa Bahagia, halaman 41)

Dear aku,

Mungkin kemelut dengan pasangan itu akhirnya memicu inner childmu, kembali terngiang masa kecil dengan mengenang sosok idaman seperti bapak, penuh kasih sayang namun juga keras. Tentu aku bahagia dengan didikannya. Aku bahagia dan percaya padanya, setiap mimpi selalu punya takdirnya asal kita berusaha dan memberikan yang terbaik, mengatasi segala kesulitan dengan kerja keras dan terus maju. Mengenang bagaimana bahagianya  menjadi diri sendiri, sebagaimana harapan Orangtua terhadap anak pertamanya, kuat dan mandiri.

Dear aku, 

Terimakasih dan maaf ya! 

Aku ingin memelukmu hari ini erat. Terimakasih telah melewati berbagai tantangan yang menjadikanmu lebih kuat dan tegar sekarang. Tidak seperti lalu yang mudah sekali goyah, lemah dan cengeng. Tidak seperti lalu yang gampang minder dan hilang percaya diri, meski ini bukan karaktermu yang ceria. Kamu lega bukan? Setelah melewati berbagai penyembuhan luka batin, memaafkan diri sendiri, mengikuti kelas Innerchild dan anger management. Lebih legowo dan semeleh saat ini. Beberapa ujian sudah berlalu, bahkan ketika kamu sering bilang sudah tidak kuat tetapi masih ada Allah yang selalu menjagamu untuk terus berjalan dalam ketakutan dan kecemasan akan masa depan.

Terimakasih telah bekerja keras, melewati rasa lelah, tak terbatas ruang dan waktu yang menjadikanmu harapan bagi anak-anak. Dan maaf, mungkin aku jarang sekali terimakasih karena perjuanganmu itu. Padahal, banyak sekali fase hidup yang telah kamu lewati sendiri. Maaf juga jarang mengajakmu ngobrol seperti ini. 

Kemarin-kemarin, mungkin kamu selalu bersedih dan menangis, cita-cita yang ingin kamu bangun tak berjalan dengan baik. Kamu yang merasa sendiri terkadang lepas juga emosinya, tidak ikhlas dan bersedih. Bersedih karena ada harapan Orangtua yang masih belum berhasil kamu wujudkan, bersedih karena ujian ini menguji mentalmu. Tapi tak apa, sekarang semuanya telah berlalu, semoga Allah mengganti perjuanganmu itu dengan pahala yang nanti bisa memberatkan timbangan amal kebaikanmu.

Sudah banyak sekali, hal-hal kecil yang kamu perjuangkan terjawab satu persatu. Dulu, kamu seringkali menangis karena harapanmu untuk dipercaya dan tidak dituntut apapun oleh orangtua tidak sesuai, hal yang membuatmu mundur melangkah. Takut mereka, teman-temanmu juga berbuat yang sama. Kamu yang selalu khawatir bagaimana menjaga aib seseorang, yang kadang jadi bumerang sehingga yang tampak kamulah yang bersalah. Hingga tak jarang mereka berpikir kamu selalu gagal. Sekarang mereka lebih ridho, sama seperti harapanmu, tak lagi menuntutmu harus sesuai keinginan mereka. Dan tentu saja, mereka lebih banyak mendengar bukan?

Dear aku,

Bila nanti kamu baca lagi surat ini, aku ingin kamu mengingat ada masa ketika ujian datang dari orang-orang terdekatmu. Dari fitnah, hilang kepercayaan, cibiran, dan pengabaian yang pernah kamu alami. Setiap manusia adalah ujian untuk orang lain, tapi aku berharap kamu menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, tidak merepotkan diri sendiri, orangtua maupun keluarga.

Surat Untuk Diri Sendiri di Masa Depan

Hai aku,

Terimakasih ya, kamu masih mau terus belajar. Belajar melakukan perbaikan diri dan mencoba merenungi apa yang sebaiknya diubah darimu, agar lebih baik. Terimakasih tetap mau bekerja dan belajar. Aku harap, nanti akan menemukan teman-teman yang tepat, sehingga bisa mengantarmu jadi lebih baik.

Teman yang baik merupakan aset berharga, mereka bisa jadi cerminan diri. Aku jadi ingat, sebuah penggalan kalimat dalam buku Luka Performa Bahagia yang ditulis khusus oleh mbak Intan Maria Lie dan mas Adi Prayudha untuk merawat Innerchild. Seperti ini penggalannya

Kadang, kita tidak bisa melihat diri kita sendiri dengan jernih ketika "tergulung" oleh emosi tertentu yang sedang bertamu. Adakalanya butuh "mata orang lain" untuk membantu melihat diri kita sendiri. 

Teman-teman yang baik, akan menunjukkan dimana letak salahnya, bukan mereka yang selalu bilang kamu baik. Tetapi lalu berkata buruk di belakangmu. Teman-teman baik adalah mereka yang mau menggandengmu bersamanya, ke masa depan yang lebih baik.

Mungkin tak semua cita-citamu akan terwujud, bahkan beberapa sudah tidak relevan dengan usiamu. Tapi tak mengapa, bagian hidup tentu ada sisi kegagalan dan berhasilnya. Aku tahu, kamu sudah belajar banyak dan bijak. Sudah bekerja keras dan berusaha memberikan yang terbaik. Sudah mampu mengenal dan mengatur marahmu.

Hai Sari,

Yang sabar ya, yang ikhlas ya.. Aku tahu ini sulit. Aku ingin nanti, 5 tahun lagi di masa depan melihatmu dan mimpimu satu persatu terwujud. Ingin melihatmu bahagia bersama anak-anakmu, Tito dan Uty. 

Hai lihat,

Aku bangga, kamu terus berbenah dan belajar. Tak henti-henti berdoa untuk kebaikanmu dan anak-anak. Semoga kelak Allah kumpulkan kalian di jannah-NYA. Jangan lagi bersedih, terus berproses untuk hidup lebih baik. 

Teruslah berjuang ya, jangan lelah! Kamu boleh lelah, ketika surga sudah di depan mata. Boleh kok sejenak berhenti dan lalu melangkah lagi.  Aku lihat kamu juga sudah lebih mudah tersenyum, lebih lega dan lebih ikhlas. Seperti pesan bapak beberapa waktu lalu, "sudah tak perlu diikat erat apa yang menjadi harapan. Karena akan melukai dirimu sendiri, sekarang belajarlah menerima dan ikhlas". Nasehat itu tepat datangnya di saat aku sedang memaksakan jalan-NYA.

Hmm, sebagaimana mba Fena Wijaya dalam sesi ruang pulih juga pernah bilang ya, saat kita berada dalam universe agar perasaan tadi dilepaskan. Hasilnya, sekarang kamu lebih ikhlas bukan? Lebih ringan melangkah, semoga masa depanmu lebih baik ya! Aku yakin itu!

Kamu tak perlu khawatirkan rejeki, selama masih berusaha, bekerja dan terus belajar. Akan ada banyak peluang dan harapan yang bisa kamu dapatkan nanti. Tak perlu nilai 100, usaha yang keras sudah menunjukkan hasilnya. Hasilnya adalah dirimu yang lebih baik.

Jangan lagi bersedih, maaf dan terimakasih. Mungkin kamu tak selalu merasakan senang, terkadang rasa sedih dan marah juga akan kamu lewati, namun ketahuilah Allah akan bersama orang-orang yang sabar di jalan-NYA. Maaf jika kamu jarang diapresiasi tapi kamu tahu kan, kamu pantas disayangi minimal oleh dirimu sendiri. Peluk!

Semoga di masa depan, nasibmu lebih baik. Kamu beruntung dan selalu berpikirlah demikian. Banyak syukur dan sabar dengan ujian. Aku berterimakasih padamu tetapi kamu jangan lupa terimakasih juga padaNYA ya! Teruslah menjadi pribadi yang kuat dan bijak, yang sayang juga pada dirimu

 Nikmat Manalagi Yang Akan Kamu Dustakan?

Bersyukur masih diberi usia untuk memperbaiki, masih ada masa depan yang lebih baik. Masih ada mentari esok yang menyambutmu dengan senyumnya. Masih ada aku yang sayang sama kamu..

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url