Yuk Imunisasi, Jaga Kesehatan Keluarga Kini dan Nanti

Bu, sudahkah anak mendapatkan imunisasi, baik imunisasi dasar maupun vasksinasi covid-19? Jaga dan lindungi kesehatan anggota keluarga kini dan nanti yuk!

imunisasi jaga kesehatan kini dan nanti

Cerita Tentang Imunisasi Kala Pandemi

Tahun 2020,  saya datang ke Puskesmas untuk melakukan imunisasi pada anak saya yang saat itu berusia 18 bulan. Tahun tersebut adalah tahun pertama pandemi menyerang. Tentu saja demi menjaga  keselamatan orangtua dan anak  yang #imunisasi, lokasi vaksinasi  dijalankan di Puskesmas pembantu. Alasannya karena Puskesmas Kecamatan dimanfaatkan untuk pelayanan pasien #covid-19. Gak mungkin kan, pelayanan kesehatan untuk penderita covid-19 digabung dengan imunisasi? 

Dengan mengenakan APD, petugas medis melayani imunisasi satu persatu. Tak banyak yang melaksanakan imunisasi, antrean vaksin tak sepanjang sebelum pandemi. Meski sudah menjalankan protokol kesehataan, membawa anak pergi imunisasi menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Bagaimana jika covid-19 itu ditularkan oleh orangtua yang mengantar anaknya imunisasi? Terlebih area sekitar kecamatan masuk dalam zona merah.

Kekhawatiran yang aku rasakan ternyata juga dialami oleh ribuan orangtua di Indonesia yang ingin melakukan imunisasi. UNICEF dan Kemenkes mencatat cakupan imunisasi bulan Mei 2020 berkurang 35% dari tahun sebelumnya.Selain karena banyak fasilitas kesehatan pemerintah yang tutup, beberapa mengaku khawatir pergi ke fasilitas kesehatan. Padahal imunisasi dasar lengkap wajib dipenuhi, demi menjaga anak dari penyakit-penyakit yang menimbulkan resiko tinggi seperti folio, campak, hepatitis ,difteri, resiko cacat hingga kematian. Jangan sampai karena ingin menghindari paparan covid-19, kita jadi mengabaikan hal penting lain seperti imunisasi ini.

Bagi mereka yang mampu, pilihan imunisasi ke fasilitas kesehatan swasta bisa jadi salah satu alternatif. Apalagi yang terbiasa menggunakan aplikasi kesehatan untuk melakukan janji temu. Tetapi bagi masyarakat yang berstatus ekonomi rendah dan  kurang mendapatkan akses informasi, dampak tidak segera mendapatkan imunisasi bisa jadi akan menimbulkan masalah serius. Jangan sampai wabah polio di tahun 2005-2006 dan campak di tahun 2009-2010 terjadi lagi ya bu. Berdasarkan Laporan Data Imunisasi Rutin Kemenkes Oktober 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4% dari target 79,1%. Kesulitan akses ke fasilitas kesehatan menjadi tantangan untuk mendapatkan akses imunisasi. 

Sebaran Campak dan Rubella Tahun 2021 - 2022
Image : Presentasi dr Soedjatmiko Dalam Temu Blogger Kemenkes

Akibat Tidak Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu upaya perlindungan yang membuat seseorang memiliki daya tahan yang baik jika terpapar penyakit. Seseorang yang tidak melakukan imunisasi jadi rentan terkena penyakit dan memiliki resiko cacat bahkan kematian. Pola hidup sehat dan makanan bergizi belum cukup melindungi diri dari terpapar penyakit. Paparan virus tersebut bisa saja datang dari teman di sekolah, kantor, lingkungan atau dari keluarga sendiri.

Berikut resiko jika anak tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap
  • Jika anak tidak mendapatkan vaksin Hepatitis B akan mudah terserang Hepatitis dan rawan terkena kanker hati. 
  • Jika anak tidak mendapatkan imunisasi polio akan rentan terkena polio atau lumpuh layu
  • Jika tidak imunisasi BCG, anak akan rentan terkena TBC dan radang otak
  • Jika anak tidak diimunisasi DPT akan rawan terkena difteri, pertusis dan tetanus. 
  • Jika anak tidak diimunisasi campak akan rentan terkena radang paru dan otak
  • Anak yg belum pernah vaksin Hib, paru-parunya akan rentan terinfeksi bakteri dan bisa mengakibatkan radang otak
Sayapun jadi teringat seorang siswa saya yang kesulitan mengamati tulisan di papan tulis. Penyebabnya, ketika bayi  saya pernah terjangkit  rubella. Seorang teman juga harus kehilangan bayinya ketika hamil karena terpapar rubela. Teman-teman tentu tidak menginginkan hal tersebut juga terjadi kan?

Dari MUI sendiri, imunisasi telah diakui halal. Vaksinasi bisa mencegah penyakit berbahaya dan resiko meninggal dunia sehingga urgensinya lebih besar. Lebih banyak manfaat daripada mudharat ketika tidak melakukan vaksinasi. Banyak yang meragukan kehalalan vaksin ini karena mendapati berita yang beredar tentang pemberian vaksinasi ini diharamkan. Memang, di tahun 1950, pemakaian inang dari embrio babi dan anjing pernah digunakan tetapi dengan perkembangan teknologi yang ada, pemakaian inang tersebut sudah tidak lagi dipakai.

resiko campak dan rubella
Resiko campak dan rubella
Image : Presentasi dr Sudjatmiko sp.A


Bulan Imunisasi Anak Nasional

Bertepatan dengan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang jatuh pada bulan Mei 2022, pemerintah berupaya mengejar target cakupan imunisasi dengan memberikan 1 dosis imunisasi tambahan campak rubella tanpa memandang status imunisasi sebelumnya di seluruh provinsi kecuali Bali dan DIY. Sasarannya adalah 
  • Anak berusia 9 bulan hingga 12 tahun di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. 
  • Anak berusia 9 bulan hingga 15 tahun khusus di Aceh, Sumatera Barat, Riau dan Kepri.
  • Anak usia 9 - 59 bulan di Pulau Jawa
Kemudian Kemenkes juga menargetkan  cakupan imunisasi dengan mengadakan Imunisasi Kejar, untuk melengkapi status imunisasi anak selain campak dan rubella di seluruh provinsi. Targetnya untuk anak berusia balita di bulan Agustus 2022. 

Manfaatkan kesempatan bagus ini ya bu, agar anak-anak terlindungi. Teman-teman bisa mendapatkan imunisasi ini secara gratis di fasilitas kesehatan milik pemerintah. Jika anak kebal terhadap penyakit, tentu ibu dan keluarga juga kan yang merasakan manfaatnya?

Bagaimana Jika Tidak Ingat Jadwal Vaksin Sebelumnya?

Teman-teman yang terlupa kapan terakhir kali imunisasi dan jatah imunisasi apa saja yang sudah diperoleh tak perlu khawatir jika di bulan Mei nanti anak mendapatkan imunisasi lagi ya. Kelebihan imunisasi tidak akan menimbulkan dampak apapun, malah daya tahan tubuh anak semakin baik karena memperoleh tambahan antibodi.

Semoga dengan banyak yang sudah mendapatkan vaksin, akan terbentuk kekebalan kelompok sehingga tidak terjadi lonjakan kasus seperti lebaran tahun sebelumnya. Pemberian vaksinasi yang dobel tidak akan menimbulkan efek samping tetapi justru meningkatkan kadar antibodi tubuh dalam melawan serangan penyakit.

Sejauh ini, banyak penelitian membuktikan bahwa pemberian imunisasi ke anak aman dilakukan dan kasus KIPI jarang ditemukan.
KIPI merupakan singkatan dari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi berupa reaksi alamiah karena antibodi anak sedang berjuang menyesuaikan diri terhadap serangan penyakit. Bilapun terjadi, masyarakat bisa segera melaporkan kejadian KIPI ini ke Komnas KIPI dan biaya ditanggung pemerintah.



Referensi :

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/mediakom/20120425/402207/pentingnya-imunisasi-untuk-mencegah-wabah-sakit-berat-cacat-dan-kematian-bayi-balita/

Presentasi dr. Soedjatmiko dalam temu blogger "Sehat Kini dan Nanti, Bersama Kita Imunisasi" April 2022
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url