Level PPKM turun, Bagaimana Kata Pakar

Belajar dari PON di Papua, meski level PPKM semakin turun, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai saat mengadakan hajatan, konser, maupun liburan. Apa saja yang perlu dilakukan agar kita tetap aman menjalani herd immunity?

level ppkm turun

"Duh, rasanya gak sabar nih? Sudah jengah di rumah. Level PPKM sudah turun, saatnya merencanakan liburan?"

"Badan makin melar di rumah, aaa tidak...pengen ngegym lagi broo"

"Bioskop apa kabar ya? Pengen ngerjain tugas sambil nongkrong di kafe, kan level PPKM udah turun, why not?

"Horeee, sekolah lagi, akhirnya bakal ada momen kumpul bareng geng, aseeek"

"Makk, kapan kita kumpul arisan lagi, bisa nih sambil liburan kemana gitu..PPKM turun level lho.."

Barangkali beberapa pernyataan di atas mewakili apa yang teman-teman rasakan. Sudah bosan mengikuti PPKM terus-terusan dan rasanya ingin berkegiatan di luar lagi. Perasaan tersebut enggak sepenuhnya salah sih, apalagi hampir 2 tahun masyarakat Indonesia menjalani sebagian besar kegiatan di dalam rumah. 

Mulai soal PSBB hingga sekarang PPKM, orang dewasa maupun anak-anak harus rela bersabar kumpul-kumpul. PPKM merupakan singkatan dari Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat. Menurut Inmendagri no 42 tahun 2021 berdasarkan transmisi covid-19, ada 4 level PPKM, dimana rata-rata daerah di Indonesia saat ini sedang menjalani level 2, 3 dan level 4 di beberapa kota yang masih dianggap rawan penyebaran kasus.

level ppkm menurut pakar


Faktor Penyebab PPKM Turun Level

Meskipun palang lockdown sudah dilepas dan PPKM turun level sehingga memungkinkan beberapa tempat hiburan seperti mall, alun-alun, tempat wisata sudah dibuka, bukan berarti kita boleh lalai. 

Data terbaru positivity rate di Indonesia sudah berada dalam angka kurang dari 1%, namun dengan angka yang ditunjukkan ini kita diharapkan tidak lalai dan tetap waspada. 

Ketika mengikuti talkshow Ruang Publik KBR, bertema " Kasus Covid-19 Turun Drastis, Apa Kata Pakar? " yang dipandu Rizal Wijaya, dr Koesmedi Priharto, Kasubbid Tracing Satgas Covid-19 mengingatkan masih banyak stigma buruk tentang covid-19 yang membuat orang enggan memeriksakan diri ketika gejala covid-19 menghampiri sehingga kita perlu waspada adanya penularan komunitas. 

Oiya, teman-teman juga bisa menyaksikan talkshow Ruang Publik KBR dengan tema beragam melalui streaming maupun lewat akun youtube-nya Radio KBR. Beberapa acara talkshow ruang publik KBR yang pernah saya ikuti bertema Kesehatan mental dan kusta. 

pakar  kesehatan di ruang kbr
Sebelah kiri, Rizal Wijaya , kanan atas dr Dicky Budiman, kanan bawah dr Koesmedi Priharto

Sejauh ini pemerintah terus mengupayakan 3T (Tracing, Testing, Treatment) yaitu melakukan tes covid-19, melakukan penelusuran secepatnya untuk menemukan kontak erat dan menindaklanjuti pasien dengan perawatan.

dr Dicky Budiman, Ahli Epidemiologi Griffith Australia menambahkan, pondasi penanganan kasus covid-19 di Indonesia belum kuat, sementara di Australia delta varian saat ini mengalami penguatan sehingga Indonesia perlu waspada.

Menyimpulkan paparan dr Dicky dan dr Koesmedi,  ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus covid-19 di Indonesia turun, antara lain

1. Angka Kesembuhan Makin Tinggi

Sesuai dengan pemodelan International Herd Metric, terdapat sekitar 80 juta penduduk Indonesia yang telah terinfeksi covid-19 yang mayoritasnya tidak bergejala.

2. Sudah Banyak Yang Mendapatkan Vaksin

Cakupan vaksin di Indonesia makin besar. Menurut data per tanggal 15 Oktober dari web vaksin.kemkes.go.id ada sekitar 100 juta penduduk yang telah mendapatkan vaksin dosis 1 dan kurang lebih 60 juta yang telah imunisasi vaksin 2.

3. Adanya Kebijakan PPKM

Karena tingginya kasus covid-19 beberapa bulan yang lalu membuat pemerintah mengambil langkah kebijakan PPKM. Dengan adanya PPKM ini, akhirnya kasus covid-19 di Indonesia turun.

4. Makin Banyak Yang Sadar Prokes

Dampak adanya sosialisasi program 3M hingga 5M makin bagus, makin banyak masyarakat yang sadar untuk melakukan pencegahan covid-19 dengan mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19

Di akhir tahun nanti, beberapa pihak memprediksi adanya gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia dan kita diminta waspada. Alasan tersebut cukup masuk akal karena alasan berikut

1. Fakta Covid-19 Sulit Dihilangkan

Menurut dr Dicky, 7 jenis Corona virus sudah bersirkulasi sejak tahun 1960 hingga sekarang.  Sars Cov-2 atau Covid-19 sendiri inangnya bukan hanya manusia tetapi juga hewan.

WHO memprediksi, pandemi akan berakhir minimal di akhir 2022 dengan catatan terdapat 2 benua yang terkendali dengan vaksinasi, dan yang terburuk diprediksi akhir 2025. 

2. Potensi Kerumunan Menyebabkan Kelalaian

Berkaca dari PON XX di Papua bulan Oktober 2021 ini, meski sudah ada protokol ketat, namun ada sedikit kelalaian yang menyebabkan timbulnya kasus penularan Covid-19.

Lalu apakah konser bisa dilakukan? Dr Dicky menambahkan, konser uji coba yang dilakukan 2 negara yaitu Spanyol dan Belanda menunjukkan hasil berbeda. Konser di Spanyol dengan 5000 penonton berhasil mencegah penularan Covid-19. Keberhasilan ini dikarenakan penontonnya yang manageable, dan dalam penjualan tiketnya sudah disertakan testing yang berjarak kurang dari 5 jam sebelum konser serta tambahan masker.

Di Belanda, kasus penularan saat konser terjadi karena jumlah 20.000 penonton kurang terkelola dengan baik, tes yang dilakukan berjarak 3x24 jam dan tidak ada tambahan masker dalam penjualan tiketnya.

3. Angka Vaksinasi Masih Rendah

Meski sudah sekitar 100 juta warga negara Indonesia mendapatkan vaksin 1, jumlah ini belum memenuhi standar yang ditetapkan WHO. Setiap negara diharapkan agar rasio vaksinasinya 85% dari total seluruh penduduk.

4. Vaksinasi Tidak Menjamin Aman Covid-19

Menurut dr Dicky, vaksin merupakan produk biologis yang belum sempurna. Fungsi vaksin sebagai penurun jumlah kesakitan dan kematian dianggap sukses, tetapi fungsinya untuk mencegah terinfeksi dan menularkan belum dinilai berhasil.

Banyak kasus pasien terpapar Covid-19 meskipun sudah menerima vaksinasi. dr Koesmedi juga menyatakan, vaksin hanyalah pemicu imunitas dimana keberhasilannya bergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, kesesuaian prosedur penyuntikan, penyakit penyerta yang menghalangi munculnya imunitas, dan periode vaksinasi.

Meski sudah divaksin, protokol 3M, Memakai masker, menghindari kerumunan dan kebiasaan mencuci tangan tetap perlu diperhatikan.

5. Varian Delta Semakin Menguat

Seperti yang disampaikan dr Dicky, varian Delta di Australia menguat dan menyebabkan terjadinya lonjakan kasus di sejumlah negara bagian. Indonesia perlu mewaspadai hal ini agar penularan Covid-19 dapat dicegah.

Di Indonesia sendiri, meski jumlah terpaparnya sudah berkurang, namun angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih tertinggi di ASEAN.

6. Libur Panjang Akhir Desember

Momen libur panjang seringkali dimanfaatkan untuk liburan, meet up dan mengunjungi keluarga. Hal inilah yang dirasa akan memicu kasus penularan baru.

Dalam sesi terakhir, dr Koesmedi berpesan agar kita menjaga satu sama lain dengan berani menegur ketika ada orang di sekitar kita yang tidak mematuhi protokol kesehatan, mengurangi kegiatan kumpul-kumpul tanpa ada keperluan penting, serta memperhitungkan daya tahan diri sendiri ketika berkegiatan di luar.

dr Dicky menambahkan, negara dianggap aman jika sudah melewati level transmisi, sudah nol kasus atau kasusnya sporadis, misal 1 bulan 1 orang dan clusternya hasil dari kasus impor. Jangan sampai lahir varian baru yang lebih hebat dari varian delta.

Nah, dengan level PPKM yang sudah turun, bukan lantas kita aman. Tetap waspada dan jangan abaikan protokol kesehatan 5M ya teman-teman. Sayangi diri dan sekitarmu dengan saling menjaga dan mengingatkan. Yuk kasih usulan, sebaiknya kegiatan seperti apa yang aman untuk mengisi liburan akhir tahun nanti?

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url