Virtual tour ke Kota Lama Semarang


Virtual tour bisa jadi solusi buat kamu yang udah kebelet piknik tapi takut Corona, seperti pengalamanku kali ini jalan-jalan ke Kota Lama, sebuah tempat wisata keluarga yang ada di Semarang. Meskipun wisata Semarang banyak yang menarik, sayangnya di virtual tour hanya ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi sampai ke dalam ruangannya. Di postingan kali ini aku akan bercerita lebih ke nilai sejarah Kota Lama itu sendiri.



Virtual tour ke kota lama Semarang


Cara mengunjungi tempat wisata secara virtual

Saat postingan ini aku tulis, pandemi ternyata sudah berjalan 6 bulan. Gak kebayang kan gimana jenuhnya di rumah saja. Meskipun sudah memasuki masa adaptasi kebiasaan baru yang berarti kita bebas kemana aja asalkan memperhatikan protokol kesehatan, tapi tetap saja masih ada kekhawatiran tentang Covid-19 ini, Jakarta malah kembali menjalankan PSBB. Mau jalan-jalan ke mall atau piknik ke luar kota kok rasanya masih was-was, apalagi yang punya rencana ke luar negeri. Duh..

Nah ternyata ada solusi buat kamu yang rindu indahnya tempat wisata impian karena ada beberapa platform atau aplikasi yang bisa kita manfaatkan untuk piknik di dunia Maya alias virtual tour

1. Beli tiket virtual tour di e-commerce

Blibli dan PT KAI adalah contoh tempat yang menyediakan tiket dan voucher untuk berwisata secara virtual di berbagai belahan dunia. Harga tiketnya beragam, mulai dari 50K hingga ratusan ribu. PT KAI sendiri menyediakan beberapa tempat bersejarah terkait perkeretaapian yang bisa kita kunjungi, sedangkan Blibli menyediakan traveling dari lokal hingga mancanegara seperti Raja Ampat, Korea, Italia, Jepang,  dan lainnya. Dengan dipandu seorang pemandu wisata yang disebut story teller, kita akan disuguhkan objek sekaligus cerita dibaliknya melalui platform zoom atau google meet

2. Memakai Aplikasi dari Google 

Ada beberapa dari google yang bisa dipakai untuk tur virtual seperti 

  • Google Earth

Dengan mengunduh aplikasi google earth ini, kita sebagai wisatawan maya akan disuguhkan bermacam pemandangan alam dan kota baik secara 2D maupun 3D lengkap beserta informasi yang menjelaskan tempat trip yang kita ingin kunjungi. Misalkan, jika kita ingin mengunjungi menara Eiffel Paris Perancis maka akan dijelaskan lokasi menara tersebut, ciri bangunan, dan pemandangan menara di sekitar menara tersebut lengkap 360°. Kekurangan google earth ini adalah beberapa lokasi yang tak terupdate karena bukan menggunakan satelit secara otomatis namun dari rekaman pencitraannya .

  • Google Arts And Culture. 

Ingin merasakan pengalaman virtual adventure dan melihat bermacam taman nasional atau gunung di seluruh penjuru dunia, galeri seni, dan tempat bersejarah dengan hanya klik layar hp pada tempat yang ingin kita kunjungi. Dengan menggerakkan layar hp berputar 360 derajat atau menggesernya dengan jari,  pemandangan alam menakjubkan bisa kita dapatkan.  Bahkan ketika kita menekan arah panahnya sesuai keinginan.

Baik Google Earth & Google Arts and Culture keduanya memanfatkan Google Street dan Google 360 derajat.

3. Berburu trip online gratis via Instagram

Beberapa akun pariwisata dan jalan-jalan menyediakan acara piknik daring bareng gratis dan berbayar secara virtual baik melalui IG Live, Google Meet, maupun Zoom. Tiket berbayarnyapun terjangkau berkisar 30K hingga 50K. Beberapa akun penyedianya antara lain:

  • Museum Kesejarahan
  • Museum Kebaharian
  • Bersukaria Tour
  • Tripvologue

4. Mengunjungi situs web tempat wisata


Beberapa tempat yang dapat dikunjungi secara virtual antara lain seperti

  • iheritage.id

Beberapa tempat yang bisa dikunjungi melalui situs ini antara lain Museum Nasional RI, Museum KAA Bandung, Museum Maritim dan Museum Kepresidenan RI

  • Kebudayaan.kemdikbud.go.id

Beberapa situs cagar budaya seperti museum Sangiran, museum benteng Vrederbug, Museum Basuki Abdullah dan lainnya bisa diakses di web kemdikbud diatas.

Baca juga : Objek Wisata Instgramabel di Salatiga

Virtual Tour Ke Kota Lama Lewat Jalur Gula Oei Tiong Ham

Tripku kali ini di Kota Lama Semarang merupakan pengalaman pertamaku mengikuti virtual tour bersama Tripvologue, sebuah ruang belajar yang menyediakan kelas online bagi yang ingin merasakan liburan dengan tetap duduk manis di rumah. Dengan menggunakan platform Zoom dan dipandu pencerita Mas Juliansyah Ariawan, kami diajak menyusuri keindahan Kota Lama sekaligus sejarah di balik kokohnya bagunan tersebut. 

Perjalanan sejarah Kota Lama Semarang ini cukup unik karena mewakili 4 situs kawasan yaitu Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan dan Outstadt. Pada abad ke-17, Kota lama sendiri lebih terkenal dengan sebutan Outstadt atau Little Netherland. Di abad ke-17 ini, satu-satunya pintu masuk Semarang adalah melalui Kali Semarang . Kawasan Pecinan sendiri cukup unik disini karena memang sengaja dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda masa itu. Karena sempat terjadi geger Pecinan, maka sempat kata Pecinan ini dihilangkan dari peta.

Di tahun 1806, peta pelayaran dibuat dari arah utara sesuai dengan arah kolonial Belanda datang pertama kalinya. Di tahun 1848, peta kembali dibuat dan arah utara masih digambar di bagian bawah sesuai dengan arah kolonial Belanda masuk ke Semarang. Kota Eropa kecil atau yang disebut Little Netherland ini berukuran 81 hektar dengan bentuk yang tak pernah berubah. Yang berubah dari Eropa kecil ini hanyalah nama jalan dan bangunan di sekitarnya. Kantor Pemerintahan Belanda I yang disebut Oude Stadhuistraat di Jalan Branjangan yang menjadi Balai Kotapada masanya dan akhirnya terbakar , sedangkan Kantor Pemerintahan II yang berada di Jembatan Berok dibangun ulang dan menjadi bangunan milik Bank Mandiri.

Baca juga : Merencanakan Traveling ke Destinasi Impian

Sejarah Kota Lama tak lepas dari peran Oei Tiong Ham, seorang putra dari Suku Hokkian bernama Oei Tjie Sien yang menetap di Semarang dan membangun firma Kian Gwan yang selanjutnya berkembang menjadi Oei Tiong Ham Concern yang mendunia. Ayah Oei Tiong Ham sendiri begitu lihai berbisnis hingga memiliki usaha merica, kopra dan juga karet di luar jawa, sedangkan Oei Tiong Ham sendiri tenar sebagai seorang raja gula yang sempat dinobatkan sebagai orang terkaya di se-Sanghai dan Australia, bahkan terkenal dari Asia hingga Eropa.


Jalur Gula merupakan tempat dimana Oei Tiong Ham concern berdiri dan lokasinya berada di Jalan Kepodang (Hoogendorpstraat) yang dimulai dari Resto Pringsewu - Hero Coffe - Phapros (bekas kantor dagang Oei Tiong Ham ), Soesman Kantoor dan Monod Diephuis.

Pring Sewu Kota Lama Semarang
Restoran Pring Sewu Kota Lama, saksi sejarah kejayaan Oei Tiong Ham
Credit : Juliansyah Ariawan

Ketika kita membuka google map, maka akan tampak bahwa di seberang Bank BNI terdapat bangunan yang saat ini menjadi restoran Pringsewu dimana jika kita masuk ke dalamnya terdapat sebuah peninggalan Oei Tiong Ham berupa brankas yang dilindungi pintu besi tebal. Lantai yang digunakan dalam bangunan Pringsewupun masih berupa marmer asli peninggalan Oei Tiong Ham dulu. 

Brankas milik Oei Tiong Ham di Kota Lama
Brankas yang masih berdiri kokoh milik Oei Tiong Ham 
credit : Juliansyah Ariawan
 

Berjalan ke arah Jalan Kepodang, terdapat sebuah bangunan yang merupakan kantor dagang milik Oei Tiong Ham. Bangunan tersebut kini menjadi sebuah waralaba bernama Hero Coffe yang dahulunya tak terawat. Dengan memanfaatkan desain bangunan, disulaplah bagian gedung ini menjadi kafe yang berarsitektur cantik  dengan tetap mempertahankan bentuk bangunan aslinya yang sebelumnya telah rusak. Terlihat dari foto mas Juliansyah Ariawan ini bahwa tangga dan pintu dibiarkan utuh.

Virtual Tour Jalan Kepodang
Hero Coffe sebelum dan sesudah
Credit : Juliansyah Ariawan


Masih di Jalan Kepodang ini, terdapat sebuah bangunan yang sekarang bernama PT Rajawali Nusindo yang awalnya bekas kantor dagang Oei Tiong Ham (Oei Tiong Ham Concern) juga yang merupakan kantor divisi marketing perusahaan farmasi PT Phapros yang sejatinya singkatan dari pharmaceutical Processing Industry.

Baca juga : Kenangan Traveling Bersama Bapak

Di sepanjang Jalan Kepodang sendiri selain berdiri bangunan Oei Tiong Ham Concern, juga terdapat bangunan Soesman Kantoor, Kantoor de Locomotief dan Monod Huis. 

Setelah masa kejayaan Oei Tiong Ham berangsur turun akibat perang dunia kedua dan pemerintah Indonesia mulai menjalankan perekonomian demokrasi terpimpinnya, beberapa bangunan dan aset milik Oei Tiong Ham ini harus diserahkan ke negara. 

Beberapa lama setelah bangunan-bangunan di Jalan Kepodang ini tak berpenghuni, tempat ini digunakan para preman, para tuna susila dan penjaja kenikmatan untuk menjual jasanya disini.  Di tahun 2018 sendiri, di bawah KemenPUPR, Kota Lama mulai diperbaiki dan beberapa penghuni tempat ini akhirnya banyak yang dididik menjadi pemandu wisata.  Di bulan Agustus 2020 bahkan Kota Lama Semarang telah resmi ditetapkan sebagai warisan cagar budaya Indonesia.

Nah, jika teman-teman juga menginginkan kunjungan atau tur virtual sepertiku, akses saja beberapa platform yang telah dijelaskan di atas. Have a nice day..silahkan berkomentar jika teman-teman juga punya pengalaman atau cara lain yang lebih seru menikmati liburan di rumah saja.



Next Post Previous Post
14 Comments
  • mirnaaf
    mirnaaf 30 September 2020 pukul 17.40

    Wuaaa... Jadi tambah kangen Semarang .kangen tembalang. Hehe . Kangen saudara disana juga .

    Terimakasih mba infonya .boleh nih dicoba. tapi yang gratis. Hehe

  • Andy Eko Pranoto
    Andy Eko Pranoto 1 Oktober 2020 pukul 14.00

    Yap,keren juga ya virtual tour nya. Saya jadi tau caranya berkat artikel ini. kalo untuk sekarang belum ada destinasi mbak, masih takut sama pandemi.

  • Kata Nieke
    Kata Nieke 3 Oktober 2020 pukul 11.56

    Terakhir kali ke Semarang dua tahun lalu. Dari Surabaya naik kereta ke Semarang. Siang sudah sampai. Cuma waktu itu dalam rangka menghadiri pernikahan saudara. Jadinya enggak sempat jalan-jalan. Cuma sempat ke gereja katedralnya yang indah arsitekturnya. Ya itu juga karena saudara menikahnya di gereja itu. Lalu ke Simpang Lima, jalan sebentar di sana. Mau mampir-mampir ke tempat lain, acara begitu padat. Eh pas mau niat balik Semarang jalan-jalan beneran, keburu ada corona. Lumpia Semarang dan tahu baksonya itu makanan yang paling saya cari kalau ke Semarang.

  • duniamasak
    duniamasak 6 Oktober 2020 pukul 10.06

    wah, aku belum pernah pakai Google Arts And Culture jadi tertarik pengen mengunjungi museum :') kangen wisata sejarah

  • Farida Pane
    Farida Pane 12 Oktober 2020 pukul 13.57

    ternyata bisa virtual tour juga ke kota lama, ya. ntar cobain, ah. terima kasih infonya.

  • Erin Herlina
    Erin Herlina 14 Oktober 2020 pukul 07.25

    Belum pernah nyobain vritual tour, seru juga ya, Mba. Lumayan bisa mengobati hati yang mash belum bebas jalan-jalan. Semoga pandemi berlalu, pengin menjelajah semarang.

  • Asih Mufisya
    Asih Mufisya 14 Oktober 2020 pukul 10.55

    Asyik ya bisa virtual tour. Menjelajah tempat yang saat ini belum bisa dijangkau. Jadi ada penyegaran nih. Mau cobain ah Mbak. Makasih infonya.

  • Andina
    Andina 16 Oktober 2020 pukul 05.23

    Wah menarik ya :) inipun bisa dijadikan lahan bisnis sendiri.

  • Fenni Bungsu
    Fenni Bungsu 18 Oktober 2020 pukul 11.03

    Daku belum pernah ikutan tur virtual, padahal seru banget ya. Seringnya waktunya kurang pas, semoga suatu saat bisa ikutan juga

  • Wiwid Nurwidayati
    Wiwid Nurwidayati 18 Oktober 2020 pukul 16.56

    Keren banget ini yang punya ide bikin virtual tour. Selain membantu bagi yang tetap ingin jalan jalan di saat pandemi, tetapi juga yang sedang belum memiliki budget untuk bepergian.

  • Dyah Kusuma Susanti
    Dyah Kusuma Susanti 18 Oktober 2020 pukul 22.58

    Rindu ke Semarang. Tahun 2019 sempat ke kota lama. kemudian awal tahun 2020 juga wisata beberapa tempat. Masih banyak tempat wisata yang belum dikunnjungi

  • www.derisafriani.com
    www.derisafriani.com 19 Oktober 2020 pukul 02.57

    Aku baru tahu kalau ada paket wisata virtual tour. Terakhir nulis tentang keindahan Doeng, dengan berdasarkan 'wisata virtual' melalui youtube aja. Menarik nih infonya. Pengen coba deh.

  • Ludyah Annisah
    Ludyah Annisah 26 Oktober 2020 pukul 06.38

    Wah, baru tahu aku mba ada Google art and culture untuk menunjang virtual tour ini. Jadi pengen rasain langsung deh, kira-kira kayak gimana ya? Setidaknya mengobati kerinduan untuk piknik keluar rumah lah ya hehe

  • atiq - catatanatiqoh
    atiq - catatanatiqoh 9 Agustus 2021 pukul 05.52

    waaa kangen semaraaaang :( eh malah langsung belum pernah sedetail ini explorenya hehe.. seru juga yaaa, mau cobain juga aaah buat ngobatin kangen hihi

Add Comment
comment url