Belajar Hikmah perjuangan Cinta Hajar, Ismail dan Ibrahim

Dalam Idul Adha, kita bisa mengambil hikmah perjuangan Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS dan Siti Hajar bahwa ketaatan pada Allah adalah sumber dari cinta sejati. Dibuktikan dari pengorbanan dan perjuangan yang tak mudah dalam balutan ketakwaan.
 
perjuangan cinta Ibrahim Ismail hajar

Perjuangan Cinta Nabi Ibrahim, Ismail dan Hajar


Tujuan pernikahan selain menggenapkan dien dengan ibadah dalam sebenar-benar ibadah panjang dengan berbagai ujian keimanan, juga untuk mendapatkan keturunan. Bukanlah hal yang mudah, ketika Sarah yang mendambakan buah hati meminta Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar agar segera mendapatkan putra. Hingga pada suatu hari  Nabi Ibrahim harus meninggalkan Hajar seorang diri dalam gubuk di lembah  gersang bersama sang putra yang saat itu masih bayi dan semua dilakukan atas perintah RabbNYA. Sebelum mengetahui bahwa itu merupakan perintah Allah, Siti Hajar terus mengikuti Nabi Ibrahim yang meninggalkan Siti Hajar hingga akhirnya Siti Hajar memilih tinggal bersama Ismail yang masih bayi seorang diri setelah menemukan jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan kepada Nabi Ibrahim. Ditinggal dalam ladang tandus merupakan kesulitan tersendiri, ditambah ketika Ismail yang masih bayi menangis karena kehausan sementara bekal persediaan air sudah habis kala itu. Siti Hajar berusaha mencari air dengan bolak-balik dari Safa menuju Marwa. Diiringi keyakinan dan doa, akhirnya turunlah malaikat yang menceruk tempat Ismail mendepak hingga keluarlah mata air Zam-zam dari lubang tersebut. Kesabaran, keikhlasan diiringi ketaatan Hajar membuatnya menjadi sosok wanita pendidik hebat dalam sejarah Islam, menjadi ibunda nabi Ismail yang teruji keimanannya.

Suatu ketika Nabi Ibrahim dan Sarah yang berusia 90 tahun dikabarkan dengan berita baik bahwa Hajar akan  mengandung di usianya yang sudah renta. Nabi Ibrahim akhirnya  mendapatkan keturunan dari Sarah yang juga seorang nabi bernama Ishak as. 
Nabi Ibrahim yang rindu Ismail yang berada di Makkah bersama Siti Hajar memutuskan menemui beliau.  Rasa cinta Nabi kepada Ismail diuji lagi dengan datangnya perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail melalui mimpi. Tentu bukan hal mudah bagi nabi Ibrahim yang berusaha tetap taat tapi di sisi lain harus mengorbankan anak yang begitu dicintai dan dirindukannya setelah lama tak berjumpa. Nabi Ismail yang taat pada perintah Allah dan patuh kepada orangtuanyapun  menyepakati perintah tersebut. Sepanjang perjalanan untuk bersiap menyembelih putranya, godaan datang dari setan yang berusaha menggagalkan rencana nabi Ibrahim. Nabi  menolak setiap ajakan setan sekaligus melempar batu ke tempat gangguan tersebut berasal yang akhirnya dikenal menjadi rukun melempar jumrah di tiga tempat ketika berhaji.

Jika ditanya Andai kau seorang Hajar, apa yang kau lakukan? Barangkali tidak ada seorangpun di masa sekarang yang begitu teguh keyakinan ketika ditinggal di negeri gersang seorang diri bersama bayinya. Tetapi karena Hajar percaya bahwa Allah tak akan meninggalkannya. Perjuangan Hajar menjadi sejarah besar terhadap lahirnya idul Adha, lahirnya umat Nabi  karena dari silsilah nabi Ibrahim dan Ismail lah nabi Muhammad SAW lahir.  Pun ketika Siti Hajar yang bolak-balik dari bukit Safa ke Marwah hingga keluarlah air Zam-zam atas perintah Allah melalui malaikatNYA. Rukun ini di dalam haji dikenal dengan sebutan Sa'i.

 Jika aku adalah Ismail, tentu perintah ini bisa saja aku tolak mengingat nyawalah yang dipertaruhkan. Tetapi, lagi-lagi karena lahir dari bapak yang teguh keyakinan dan taat kepada TuhanNYA membuat Ismail ikhlas menerima apapun yang akan terjadi. Ketika hendak memotong, Allah gantikan nabi Ismail dengan seekor qibas. Pengorbanan cinta akhirnya berbuah manis. Nabi Ismail tetap selamat, Alhamdulillah. Jadilah kebiasaan kurban dengan menyembelih seekor sapi, kambing, domba atau unta pun bermula.

Hikmah Dari kisah pengorbanan Sarah, Ismail, Hajar dan Ibrahim


Dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Hajar dan Sarah kita belajar banyak hal :

1. Bahwa jika Allah berkehendak maka semua yang tak mungkin menjadi mungkin.

2. Bahwa anak adalah titipan Allah yang harus kita jaga dengan baik, termasuk dalam hal ketaatan dan keyakinannya dengan Allah.

3. Menanamkan keimanan anak dimulai dari memilih pasangan yang tepat ketika menikah.

4. Tarbiyatul aulad yang diajarkan sesuai fitrah, serta doa Orangtua yang tiada henti membuat anak menjadi insan yang berbakti kepada Allah



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url