Fimosis pada bayi

Tito diinfus
Tito saat akan operasi

Keadaan tertentu pada bayi ternyata bisa menjadi pertanda bahwa bayi kita sakit. Hal tersebut sebetulnya sudah aku sadari beberapa hari setelah anakku lahir. Jadi, jika kita mencurigai sesuatu yang bisa dianggap kurang normal, ada baiknya anak kita segera diperiksakan ke dokter ya..

Fimosis dan Gejalanya

Fimosis menurut istilah kedokteran adalah melekatnya ujung kulup penis sehingga tidak dapat dibuka atau ditarik ke belakang. 

Sekitar 4 hari setelah lahir ke dunia, ada yang menurutku tak biasa waktu itu. Ketika aku browsing , gejala awalnya hampir mirip gejala hipersensitivitas saluran cerna. Jadi, 2 hari setelah lahir aku sudah diperkenankan pulang dari Rumah sakit karena kondisi badan sudah cukup fit dan bayi sehat. Tapi aku sedikit mulai curiga ketika mengASIhi Tito. Waktu itu beberapa kali Tito berhenti minum ketika ASIku keluar. Awal aku berpikir mungkin karena ASIku terlalu deras sehingga membuat Tito mencabut ASI saat Aksinya keluar. Saat hal itu terjadi lagi beberapa malam, aku hanya berpikir karena Salatiga kebetulan dingin banget ketika malam sehingga mungkin bayiku agak pilek juga. Aku coba menceritakan hal tersebut pada suami dan kami berpikir kemungkinan karena paru-parunya belum cukup berkembang karena aku sempat berusaha ingin melahirkan normal dan bukaan berhenti ketika sampai bukaan 6 dan membuat kelahiran Tito juga secara Caesar sehingga membuat paru-parunya kurang maksimal memompa. Setelah sebulan, keadaan tak berubah dan Tito masih enggan minum justru ketika ASInya mulai keluar sehingga membuat produksi ASIku sedikit berkurang. Saat imunisasi, bobot Tito mengalami kenaikan hampir 1 kg . Dan gejala-gejala lain membuatku berfikir bahwa Tito mengalami hipersensitivitas saluran cerna. Lalu aku menduga bahwa Tito terkena alergi karena sempat seperti sesak nafas saat aku mengkonsumsi udang kala itu.
 Tito juga mengalami panas tinggi ketika usia 5 bulan tanpa diketahui penyebabnya. Di usia 6 bulan Tito juga mengalami demam yang mengharuskan kami uji lab karena kami tinggal di daerah endemik Demam berdarah. Setelah konsultasi hasil lab dan dirujuk ke dokter anak itulah kami mendapat pencerahan. Karena yang diderita Tito bukan demam berdarah dan hasil cek lab menunjukkan adanya infeksi, maka dokter mengobservasi Tito dari ujung kepala hingga kaki. Dokter yang pada waktu itu memeriksa langsung memberitahu bahwa Tito terkena fimosis.

Gejala Fimosis pada Tito waktu itu antara lain

1. Sulit pipis dan kalau pipis volumenya sedikit
2. Tak bisa minum ASI terlalu banyak
3. Perut sedikit buncit
4.Lubang penis kecil dan tak bisa ditarik ke belakang serta kadang memerah dan membengkak
5. Beberapa kali berhenti saat minum ASi
6. sering panas tinggi
7. Badan terlihat lemas, tangan dan kaki kulitnya kurang kencang, seperti tak ada lemak karena kurang cairan
8. Saat panas tinggi, hasil lab menunjukkan meningkatnya jumlah sel darah putih pertanda infeksi atau radang

Solusi Fimosis

Setelah tahu bahwa Tito terkena fimosis, dokter akhirnya merujuk kami ke dokter bedah agar Tito mendapat pelayanan khitan segera. Namun dokter bedah tak mengijinkan dan hanya melakukan tindakan operasi kecil membuka lubang penis dengan gunting bedah. Saat kami bertanya kenapa tidak dikhitan atau sirkumsisi karena alasan dokter bahwa Tito masih terlalu kecil. Dua bulan kemudian, Tito panas tinggi lagi dan dokter anak memberi tahu bahwa Tito kurang gizi. Aku sempat syok karena selama ini aku selalu memberi ASI dan MPASI 4 bintang. Dokter menduga bahwa aku memberi Tito minuman teh, padahal aku tak pernah memberinya sedikitpun. Dokter pun menyarankan agar aku mencari dokter bedah lain sebagai pembanding dan memberitahu bahwa menunda tindakan medis untuk fimosis bisa berakibat bayi gagal tumbuh dan stunting. Waktu itu aku kurang menghiraukan karena ingin fokus mendorong Tito fit lagi dengan memberinya vitamin. Sebulan setelahnya, Tito panas dan kali ini aku langsung meminta rujukan ke dokter bedah lain. Dokter lalu meminta Tito melakukan operasi atau khitan.

Diminta berpuasa

Bayi bermain saat diinfus
Diinfus dan tetap bermain

Awalnya tak pernah terbayang anak kecil masuk rumah sakit. Tito yang sedang aktif merangkak pun gak bisa anteng di rumah sakit. Yang paling gak tega itu kala Tito diminta berpuasa dan dia merengek minta ASI. Nangisnya seharian dan bisa berhenti karena mengantuk. Sedih banget lihatnya. Apalagi setelah dioperasi dan anak ini akhirnya siuman karena biusnya habis dan akhirnya menangis lagi gak berhenti. Dan aku menggendong  Tito dengan luka operasi. Beruntungnya Tito mau tidur setelah Tito diberi obat dan diganti perban. Anaknya merintih ketika diganti perban. Tito di rumah sakit tepat 3 hari 2 malam dan pulang. Alhamdulillah lukanya dalam seminggu sudah kering.
Foto sebelum dan sesudah khitan
Before and after Sirkumsisi atau khitan

Kini Tito kembali ceria dan sebulan pasca operasi bobotnya naik setengah kilo. Kenaikan badan yang cukup signifikan karena sebelum-sebelumnya ketika ditimbang naiknya hanya satu ons dua ons saja. Alhamdulillah..terimakasih Allah..
Next Post Previous Post
2 Comments
  • Nining Purwanti
    Nining Purwanti 23 September 2019 pukul 18.09

    Terima kasih sharingnya mbak Sari. Jadi nambah pengetahuan.

    • Sari Effendi
      Sari Effendi 25 September 2019 pukul 21.06

      Sama-sama bunda Kiya..

Add Comment
comment url